Pusat Unggulan Ipteks–Kajian Stunting (PUI JITU) Poltekkes Kemenkes Riau berfokus pada penurunan prevalensi stunting melalui 1000 HPK. Stunting berkaitan dengan IQ yang lebih rendah pada anak-anak pra-sekolah dan anak-anak usia sekolah (Alive & Thrive 2010). Kejadian stunting dipengaruhi oleh kondisi ibu dan anak mulai dari pra-konsepsi sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan periode 1000 HPK. Upaya program 1000 HPK dengan pemenuhan nutrisi yaitu giat ASI untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018- cakupan Inisisasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi baru lahir sebesar 58,2% dan cakupan ASI Eksklusif 6 bulan di Indonesia sebesar 37,3 %. Hasil Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI Eksklusif dari 64,5% menjadi 52,5% pada tahun 2021. Untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan meningkatkan prevalensi ASI Ekslusif diperlukan Pelatihan Tim Penggagas Ayah ASI yang akan diselenggarakan Poltekkes Kemenkes Riau.
Latar belakang di atas menjadi dasar diadakannya pelatihan ‘Kelompok Pengggagas Ayah ASI’. Pelatihan ini dilaksanakan oleh Pusat Unggulan Ipteks–Kajian Stunting (PUI JITU) Poltekkes Kemenkes Riau selama 3 hari, pada tanggal 27 s.d 29 November 2023. Tujuan pelatihan adalah terbentuknya Tim Penggagas Ayah ASI yang diharapkan dapat memberikan edukasi kepada Masyarakat (Ayah) tentang ASI Eksklusif sehingga dapat mendukung ibu dalam keberhasilan pemberian ASI Ekslusif dan mencegahan terjadinya kejadian stunting.
Dukungan lintas sektor sangat diperlukan agar terlaksananya organisasi sosial ini dimasyarakat. Melalui pelatihan diharapkan dapat menginisiasi terbentuknya Kelompok Ayah ASI di wilayah kota Pekanbaru. Oleh karena itu Poltekkes Kemenkes Riau mengundang peserta pelatihan dari perwakilan Dinas Kesehatan Kota, BKKBN provinsi Riau, beberapa Puskesmas di Kota Pekanbaru, perwakilan PUAN, B2PK dan dosen Poltekkes untuk bersama-sama mendapatkan sosialisasi tentang Kelompok Ayah ASI yang sudah ada di Indonesia. Peserta pelatihan seluruhnya berjumlah 35 orang dari berbagai pemangku kepentingan.
Agus Rahmat Hidayat menjadi salah satu Narasumber pada Pelatihan yang merupakan co-founder AYAH ASI di Indonesia, bersama dengan drg. Mariesta Dewi yang juga merupakan aktifis yang fokus pada laktasi dan menyusui. Narasumber memberikan gambaran implementasi Kelompok AYAH ASI yang sudah aktif dalam media sosial seperti Instagram, facebook, twiter dan juga kelompok sosial di Masyarakat. Anggota kelompok ini ditujukan kepada para ayah untuk dapat support dalam pemberian ASI Eksklusif. Kegiatan Ayah ASI fokus untuk memberikan edukasi bagi para Ayah di Indonesia untuk dapat mendukung penuh bagi ibu menyusui.
Pelatihan ini bukan hanya memberikan informasi terkait gaung dan peran organisasi Ayah ASI di Indonesia, tapi juga mengajarkan peserta bagaimana melakukan cara-cara meningkatkan produksi ASI. Pijat Oksitosin merupakan salah satu pijat yang direkomendasikan untuk peningkatan produksi ASI bagi ibu menyusui. Edukasi ini di praktikkan agar Ayah dapat mengimplementasikan metoda ini dalam menjamin ketersedian ASI.
Peserta pelatihan yang memang di fokuskan untuk para Ayah, langsung mendemonstrasikan praktik menyusui dengan berbagai posisi. Edukasi ini berikan untuk para ayah agar dapat menjadi motivator dan penggerak bagi ayah-ayah yang lain nantinya. Pengetahuan tentang laktasi tidak hanya terbatas bagi para ibu, penting juga di ekplore bagi para ayah sehingga dukungan dalam memberikan ASI dapat berjalan maksimal. Pada dasarnya budaya ketimuran di Indonesia harus di terobos- sehingga terjadi perubahan mindset – bukan hanya ibu yang fokus dalam laktasi, peran ayah juga menjadi modal utama keberhasilan dalam menyusui.